Sabtu, 13 Juli 2013

Rabu, 12 Juni 2013

Pameran di Diknas Kabupaten dalam rangka HARDIKNAS

Pameran para seniman Malang raya bersama MGMP guru seni budaya seMalang raya dalam rangka hari Pendidikan Nasional di Pendopo Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di  jalan Panarukan 1 Kabupaten Malang, sejak tanggal 19 sd 25 Mei 2013 dengan menampilkan anggota baru yang masuk di Komunitas Malangsukoart dari singapura AMFA di Swis. Pameran tersebut merupakan gagasan dari ketua Malangsukoart Sudibyo A.W. yang berdiri sejak tgl 9 Pebruari 2010 di kota Malang, persepsi muncul ketika tersirat dan tersurat dalam konteks ingin mengembangkan dan mengeksplorasi kreasi teman teman MGPM seni budaya bersama para seniman Komunitas Malangsukoart. Pameran HARDIKNAS dilaksanakan secara periodik kontinyu setiap bulan Mei yang sudah direkom oleh Bapak Edi Suhartono selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malang dan beliau wellcome dengan memfasilitasi tempat.

























Selasa, 11 Juni 2013

lukisan pensil











lukisan pensil











belajar menggambar yg menyenangkan

BELAJAR SENI BUDAYA YANG MENYENANGKAN
DI SMA NEGERI I TUMPANG KABUPATEN MALANG
Oleh : Drs. Sudibyo A.W.
Guru Seni Budaya SMA Negeri I Tumpang Kabupaten Malang

KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.  KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standaar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Eksistensi KTSP kurikulum termuda dengan berbagai macam atribut yang menghiasi corak dan berperan agar anak didik selalu proaktif terlibat dalam pembelajaran yang sarat dengan berbagai bentuk tugas portofolio. Mulai dari pelajaran Agama sampai pada pelajaran TIK.
Berbagai macam tugas selalu menjadi jaminan untuk memperoleh penilaian dari bapak ibu guru yang berorientasi pada tiga aspek assessment yaitu Koqnitif, Afektif dan Psikomotorik, pembelajaran yang disampaikan kepada para anak didik terkonsentrasi pada pelajaran Ujian Sekolah dan Ujian Nasional sehingga siswa merasa berat dan terbebani oleh pelajaran yang menjadi target sekolah agar mencapai prestasi terbaik dengan kelulusan 100%. Hal tersebut memang sangat baik dengan komitmen dan tujuan sekolah sesuai misi dan visinya, namun demikian para siswa juga perlu refreshing untuk menghilangkan tension dan saturation yang sarat dengan berbagai macam soal Ujian Sekolah dan soal Ujian Nasional. Penulis mencoba melakukan pendekatan secara persuasive terhadap beberapa siswa untuk berinteraksi secara realistis tentang :
“ Bagaimana aktifitas anda menghadapi persiapan Ujian Sekolah maupun ujian Nasional ? “
“ Setiap hari selalu didrill dengan berbagai macam soal ditambah lagi pelajaran Bimbel belum lagi pekerjaan portofolio,  sepulang sekolahpun masih banyak pekerjaan untuk mencari sumber bacaan baik dari surat kabar buku paket sampai internet “ jawab seorang siswi secara spontan.
Ketika anak anak mengikuti pelajaran seni budaya diupayakan ada rasa empati, simpati dan enjoi  dengan berbagai macam motivasi agar siswa merasa lega dari ketegangan yaitu dengan cara mengekspresikan, memvisualisasikan, mengungkapkan segala bentuk uneg uneg, gagasan, imajinasi serta kreasi yang menyenangkan. Dari pertanyaan yang disampaikan kepada siswa mereka dengan lugas menjawab pertanyaan tersebut. Kesimpulannya bahwa tugas portofolio sangat membantu dalam proses pembelajaran, namun siswa sebagai actor sedang bapak ibu guru adalah sutradara yang bijaksana esensinya bahwa siswa sangat memerlukan suatu suasana pelepasan ketegangan, disinilah peran pelajaran seni budaya menciptakan bentuk pembelajaran yang menyenangkan dengan cara  mengekspresikan, memvisualisasikan, mengungkapkan segala bentuk imajinasi, gagasan serta kreasi sesuai karakteristik siswa.
Ada beberapa metode dalam berkreasi agar siswa termotivasi, tergerak secara empaty dengan beberapa stimulus.

1.   METODE APRESIASI
Untuk penyegaran para siswa diajak mengunjungi tempat karya seni rupa ( gallery ) yang ada di kota Malang seperti Dewan Kesenian Malang ( jalan Majapahit ), Komunitas Perupa Malangsuko Art ( di Sawojajar Malang ), dan dibeberapa tempat gallery seniman Malang baik karya dua dimensi maupun tiga dimensi. Dengan tujuan agar siswa menghargai, memahami, menikmati sehingga termotivasi secara persepsi dan terbawa oleh rasa simpaty serta empatik.
Untuk mengapresiasi seni diperlukan adanya suatu kemampuan menghargai dan memahami sekaligus mengkritik namun tanpa menghilangkan rasa simpaty terhadap karya yang diapresiasi, menurut Drs. Suwaji Bastomi dalam bukunya bahwa landasan berapresiasi berdasar pada 3 tahap dalam proses pengamatan berapresiasi karya seni rupa.
a.      Tahap Fisis.
Manusia adalah salah satu mahluk yang paling sempurna diantara mahluk yag lain dan merupakan khalifah, secara fisis memiliki kemampuan yang luar biasa karena rasa dan arsa untuk menciptakan sesuatu yang sudah ada maupun yang belum ada. Dengan kemampuan panca indra menusia memperoleh input ( masukan ) berupa pengalaman, kejadian, peristiwa, ilmu pengetahuan. Kemudian diendapkan dalam bentuk beberapa imajinasi yang mengkristal menjadi gagasan ( Idea ).
Kemampuan fisis untuk menciptakan suatu karya.
  


b.      Tahap Fisiologis.
Kemampuan menerima rangsangan dari luar yang dilengkapi oleh panca indra manusia, kemudian dioah oleh otak sehingga muncul imajinasi. Pada tahap ini apresiator merasakan adanya Empaty dan Simpaty.
c.       Tahap Pshikologis.
Ketika stimulus masuk ke otak maka muncul reaksi terhadap obyek sehingga apresiator merasa mengerti, memikir dan mengenal tentang obyek yang dinikmati. Pengetahuan yang dimiliki semata karena kebesaran Allah, “ Bacalah karena Tuhanmu itu yang amat Mulia. Yang mengajar manusia dengan ( perantaraan ) qalam; Ia telah ajar manusia apa yang mereka tidak tahu. Sayang sesungguhnya manusia itu suka melewati batas. Lantaran ia melihat dirinya cukup.” ( QS. Al’Alaq : 3-7 )
Pengamatan terhadap beberapa tahap tersebut perlu kiranya pendekatan yang harus dilakukan oleh apresiator,  menurut Dick Hartoko dalam bukunya yang berjudul “ Manusia dan Seni “ bahwa  pendekatan itu ada 4 macam :
1). Pendekatan Mematik.
Yaitu pendekatan yang memperhatikan adanya hubungan antara kenyataan dengan karya itu sendiri.
2). Pendekatan Ekspresif.
Karya seni dikatakan perfek ekspresif manakala si pencipta kompatibel terhadap idea dan ekspresinya tanpa mengabaikan kompleksitas dan eksistensinya.
3). Pendekatan Struktural.
Karya seni tersebut harus memperhatikan Unity (kesatuan) antara karya dengan struturisasinya adapun struktur disini meliputi nirmana dan prinsip seni serta unsure kejiwaan.
4). Pendekatan Semiotik.
Yaitu pendekatan dengan memperhatikan hal sebuah karya ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat.
Tahapan dan pendekatan merupakan suatu interaksi yang berkesinambungan untuk memperoleh hubungan timbale balik sehingga memberikan nuansa suasana yang menyenangkan, termotivasi, menggali kemampuan berekspresi.

2.   METODE PARTISIPASI AKTIF
Berkarya atau berkreasi secara ekspresif merupakan wujud visualisasi idea / gagasan pada suatu bidang datar dalam bentuk viguratif atau non viguratif ( abstrak ). Kebebasan berkarya dapat meleaskan segala ketegangan dan siswa merasa enjoy ketika melakukan kegiatan berkarya.
Pelaksanaan proses dimana agar siswa merasa tenang, nyaman dan senang, maka Sekolah mendukung terciptanya dan terwujudnya KTSP dengan melengkapi sarana dan prasarana. Di SMA Negeri I Tumpang Kabupaten Malang sudah ada Bengkel Seni, Studio Musik dan sarana untuk seni Peran termasuk juga seni Gerak dibawah pimpinan bapak Drs. Siswanto Adi, MM      ( Kepala Sekolah ), beliau sangat peduli dan konsisten terhadap pelaksanaan KTSP dengan demikian para siswa merasa senang dalam mengembangkan potensi dengan berbagai kreasi. Hal ini terbukti dengan adanya prestasi ajang berbagai perlombaan seperti lomba seni lukis, poster, kartun, komik, madding dan masih banyak lagi juara yang diraih sehingga banyak piala yang menghiasi ruang  Kepala Sekolah bahkan ruang gurupun tidak lepas dari hiasan piala juara. Hasil juara tersebut tidak lepas dari bimbingan dan motivasi bidang Kesiswaan yang dikomandani bapak Drs. Prianggono sehingga semangat siswa semakin tinggi.
Di bidang seni terdapat beberapa pengembangan diri yang diikuti para siswa seperti :
1.      Membuat komik, seni lukis, seni cetak fiber glass, cetak sablon, seni kriya.
2.      Seni Peran, drama remaja, tradisional, kontemporer
3.      Seni Gerak, seni tari klasik, modern, kontemporer
4.      Seni suara, vocal, drum, gitar dan elektone
Beberapa pengembangan diri tersebut membuat siswa termotivasi dalam menyalurkan dan mewujudkan keinginannya, sehingga hal hal bersifat positif yang merupakan potensi siswa dapat tereksploitasi.
Untuk membuat termotivasi adalah suatu yang sangat sulit namun seorang guru setidaknya dapat berlaku sebagai sutradara yang pandai sepandai dalang dalam membimbing dan memperhatikan serta memperlakukan siswa sesuai keinginannya, sehingga memiliki minat yang mantap karena dengan membangkitkan minat diperlukan eksistensi dan kesungguhan anak sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.
Minat siswa yang telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan pembelajaran dengan sendirinya telah membawa sisa ke suasana partisipasi aktif dalam pembelajaran.

3.   METODE PENGULANGAN
Metode pengulangan ini sangat efektif jika diterapkan untuk suatu karya seni fungsionalseperti membuat cetak sablon, cetak fiber glass atau seni kriya lainnya.
Dengan metode ini siswa merasa senang dan nyaman didalam melakukan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada aspek Psikomotorik.

4.   METODE KEGEMBIRAAN
Asumsi yang mendasari metode ini ialah bahwa setiap siswa senang pada suatu yang menggembirakan sesuai dengan seni sebagai alat hiburan. Para siswa senang pada proses pembelajaran yang mengandung unsure kegembiraan, oleh karena itu hendaklah diusahakan sedapat mungkin setiap pekerjaan dibuat dengan berpegang pada metode ini.
Adapun metode ini dapat berjalan dengan sempurna manakala persiapan alat dan bahan harus lengkap dan jelas, sehingga masing masing siswa dapat bekerja dengan tenang tertib tetapi menyenangkan.

KESIMPULAN
·         Belajar yang menyenangkan diperlukan minat yang jelas dan mantap
·         Belajar seni yang menyenangkan sangat urgen dalam pembelajaran
·         Belajar seni dapat menimbulkan image gembira bila siswa merasa Freesh bukan Stress.
·         Metode kegembiraan sangat menunjang ketika proses pembelajaran berlangsung.